Posts

TIDAK HARUS KE UNIVERSITAS

Image
“tidak semua anak harus ke universitas. Tidak semua anak harus ke universitas ditahun yang sama lulus SMA”   Kurang lebih seperti itu kata-kata Bapakku saat saya lulus di Universitas Hasanuddin beberapa tahun yang lalu. Saat itu, saya tidak terlalu hirau namun rasanya kata-kata itu menemukan realitasnya ketika beberapa waktu lalu cukup ramai perbincangan mengenai lulusan S1 salah satu universitas terbaik di Indonesia yang kalah bersaing dengan lulusan STM dalam mendapatkan pekerjaan.   Semakin tinggi sekolah, makin sukses   Kenapa anak-anak kita “paksakan” agar masuk ke universitas? Dugaan berbasis pengalaman dan pengamatan sederhana saya adalah karena jika lulus SMA dan tidak ke universitas, maka anak akan dengan spontan kita labeli gagal, atau tertinggal, atau bodoh atau minimal “aduh kasihan sekali.” Akibatnya keluarga akan malu jika ada anggota keluarga yang gagal masuk universitas. Maka berlomba-lombalah orang berusaha semaksimal mungkin, jika bisa segala macam cara, agar anaknya

Merajut Jalan Menuju Pembelajaran yang Membahagiakan

Image
Foto oleh: Nurhaya Nurdin (Fak. Keperawatan, Unhas) pada kegiatan pelatihan Active Citizens Social Enterprise (Unhas - British Council) “Kids don’t learn from people they don’t like” – Rita Pierson. Kata-kata Pierson logis, karena orang cenderung menghindari apa-apa yang dia tidak sukai. Lantas bagaimana pembelajaran bisa terjadi jika orang menghindar? JC Tukiman Taruna menuliskan opini di kompas.id berjudul “ Universitas Sekolah Dasar” dan Kurikulum Merdeka ” (14-02-2022). Terinspirasi oleh apa yang dilkukan oleh John Dewey di Universitas Chicago (1894), Tukiman mempromosikan Joyful Learning Model (JLM) dengan meminjam semangat fun learning dari suasana pembelajaran anak usia dini.  Kenapa harus fun? karena manusia cenderung mendatangi hal-hal yang menyenangkan. JLM ini diupayakan secara gencar bisa terimplementasi secara penuh di UNIKA Soegijpranata Semarang dengan harapan terwujudnya suasana menyenangkan, gembira, keceriaan sepanjang proses pembelajaran. Jika harapan itu terwuju

Teman (baru kenal tapi) Rasa Sahabat!

Image
Saya dapat informasi kalo Kepala Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) yang baru adalah orang dari Sulawesi Selatan. Katanya dari Toraja, ada kabar juga kalo dia orang Gowa. Entahlah. Selang beberapa lama, seorang teman, Lana, menelpon dan mengabarkan bahwa dia sudah bertemu pak Kepsek SIDH. Namanya pak Herman Tahir, dia orang Gowa tapi sejak lama sudah menjadi guru di Toraja. Terakhir, sebelum ke Belanda, dia adalah kepala sekolah SMP Negeri 1 di Makale, Tana Toraja. Melalui telpon itu juga, saya dikasih tahu kalau pak Herman ingin ketemu dengan saya. Katanya " ooh anaknya Prof. Sallatu? Panggil dia kesini ". Akhirnya saya dan Lana mengatur jadwal untuk bersamaan ada di SIDH.  Saya beruntung mengenal Lana, sepupu dari sahabat saya, Adelina. Kata Lana " saya sudah dapat surat tugas dari Adelina naah, jangan macam-macam hihi ". Awal-awal pindah ke student housing, pertanyaan Lana " ada mi kasur mu? ada mi kompormu? butuhko alat dapur? ada mi mejamu? " beberapa

What a Lovely Surprise Virtual Farewell

Image
Dua malam sebelum berangkat, saya mendapatkan pesan whatsapp undangan Rapat Departemen, pesan ini dikirimkan oleh Pak Aswin Baharuddin, Sekretaris Dept. HI. Agendanya adalah persiapan pelaksanaan pelatihan Active Citizens secara virtual.  Dan ternyata rapat departemen itu adalah surprise dari teman-teman dosen dan student volunteer serta mahasiswa HI lainnya. Saya betul-betul terharu karena malam itu adalah malam penuh cemas karena pagi besoknya saya harus tes swab pcr sebagai prasyarat bisa berangkat studi. Bagaimana tidak cemas, tiket sudah issued dan tes swab dilakukan sehari sebelum berangkat.  Bagaimana jika hasil swabnya saya terkonfirmasi covid? gimana dengan tiketnya, apakah hangus? gimana dengan pembayaran kamar untuk isolasi mandiri selama 10 hari? dimana saya harus isolasi mandiri di Makassar? kapan saya bisa berangkat lagi? itu semua pertanyaan-pertanyaan cemas yang selalu muncul dikepala. Jadilah malam farewell itu menjadi malam yang sangat emosional bagi saya, terharu sam

Bisakah kelas virtual dibuat Vibrant?

Image
Selamat malam pak, saya .... maba hubungan internasional. Kalau boleh tau bapak mengajar pengantar hubungan internasional kelas apa pak? Saya mau ikut kelas bapak 😁 Makasih sebelumnya pak πŸ™  belum tahu dek, nda hapal.  Kelas A,B,C atau D pak?  saya mesti cek lagi    Kira kira kapan pak? Agar saya hubungi bapak lagi😁   -----  Begitu satu dari beberapa percakapan sekitar 8 minggu lalu dengan mahasiswa baru. P2KMB baru selesai, kelas belum mulai, mahasiswa baru dan dosen belum pernah bertemu, tapi ada beberapa mahasiswa yang "ngotot" mau ikut dikelasku. Semangat belajar mereka ini yang bikin saya juga akhirnya bersemangat untuk mempersiapkan kelas dengan baik.  Tapi saya juga penasaran, sejauh mana harapan mereka terhadap kelas saya, terhadap dept HI, terhadap diri mereka sendiri dan terhadap teman-temannya. maka pertemuan pertama saya siapkan untuk sesi saling berkenalan dan bersama-sama mengisi "pohon harapan" (saya menggunakan platform padlet.com)  Dari pertemu

MELETAKKAN KEMBALI PONDASI EKONOMI SULSEL. Oleh : a.m.sallatu*

Image
sumberfoto: logovcelebes.id Di saat perekonomian nasional dan wilayah di tanah air menikmati surplus melalui marjin keuntungan selama pertumbuhan ekonomi, petani kecil dan buruh tani nyaris tidak memperoleh tetesan ke bawah secara berarti. Kehidupan mereka tetap pada batas tertinggi tingkat subsisten. Dalam data Susenas yang hampir setiap tahun dirilis, petani kecil dan buruh tani secara laten tergolong ke dalam kelompok pendapatan 40 persen terbawah. Dalam kelompok pendapatan ini, mereka tergolong mayoritas, berdampingan dengan kaum marjinal yang hidup di daerah perkotaan. Di saat Covid19 yang menyebar cepat, mereka ini sudah lama terjerambab lalu kemudian tentu saja semakin terhimpit.   Secara keilmuan, dengan nalar yang logis, bila Covid19 ini merupakan kanker dalam kehidupan petani kecil dan buruh tani, pasti saja sudah didiagnosis pada stadium tinggi. Logikanya, ajal kehidupan mereka tinggal menunggu tarikan nafas terakhir. Oleh karena mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk

Sekolah Favorit dan harapan pemerataan kualitas sekolah

Image
sumber foto: freepik.com Kalau kita mau mencari rumah makan yang enak, biasanya kita mencari rekomendasi dari teman atau kalau sudah dijalan maka kita default mencari rumah makan yang ramai pengunjung. Karena dengan ramai pengunjung hampir bisa dipastikan rumah makan itu enak makanannya (bisa jadi juga faktor lain semisal bersih atau pelayanannya yang ramah). Dalam memilih sekolah, mirip tapi tak sama, kita juga mencari sekolah yang banyak pendaftarnya, yang banyak direkomendasikan oleh orang-orang yang kita kenal (keluarga atau teman). Maka berlomba-lombalah kita orang tua mendaftarkan anak kita di sekolah favorit itu. Kita yakin bahwa sekolah itu berkualitas, masa depan anak-anak kita akan cemerlang jika bersekolah disitu.  Bagaimana jika tidak lulus? apakah kita harus larut dalam kesedihan? apakah kita harus merasa bahwa anak kita bodoh? apakah kita harus merasa masa depan anak kita akan suram? apakah pihak yang memiliki otoritas merancang dan mengelola sistem pendidikan seperti in