Presentasi: Kesan Pertama Begitu Menggoda, Selanjutnya...

Black microphone in conference room . Free Photo
diambil dari freepik.com

Selama kurang lebih 2 tahun, pada kelas pembekalan kepada mahasiswa baru Universitas Hasanuddin yang saya fasilitasi, atau diminta mebawakan materi ke anak-anak muda milenial, saya selalu memulai dengan perkenalan seperti biasa, lalu saya sampaikan bahwa saya juga dulu pernah muda, culun, innocent, jelek (lebih jelek dari sekarang maksudnya). Mau lihat tampang saya waktu masih SMA? tiba tiba foto dibawah ini muncul di screen.
Tongkeli: Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, Si Dilan Yang Menggemaskan ...
foto dari tongkeli.blogspot.com
 
Bisa ditebak, reaksi mahasiswa dan mahasiswi seperti apa? yaa riuh!. Saya bahkan pernah melihat ada yang saling pukul dengan teman disebelahnya karena ngakak nda ketulungan. Saya menikmati reaksi mereka, membiarkannya reda sendiri lalu saya lanjut "iyaaa iyaaa,, lucu saya memang waktu itu saya masih jelek, silahkan diketawai. Tapi coba lihat bedanya sekarang?" lalu foto dibawah ini nongol di screen.

foto diolah

Reaksi mahasiswa kurang lebih sama (untuk tidak mengatakan lebih "gila"). Lagi lagi, saya menikmati reaksi mereka dan menunggu sampai mereka reda sendiri. "see, lebih gagah yang sekarang kan?". "betuuuuuuulllll" jawab mereka kompak seolah sebuah choir, tapi tentu sedikit berbeda karena mereka menjawab bercampur ngakak. Saya pernah melakukan pembukaan presentasi ini disalah satu gedung terbesar di Universitas Hasanuddin, full house, sensasinya luar biasa hihi

Menampilkan foto diatas, yang saya bikin untuk medsos ketika #10yearchallenge lagi merebak, sebagai pembuka dan media perkenalan ada kesan memalukan dan talekang yah? iya mungkin, tapi saya tidak segan melakukan ini karena level "memalukan" saya sudah  melandai dan saya tetap menjaganya tidak jatuh pada titik terendah, karena jika itu terjadi, itu bukan lagi memalukan, tapi sudah gila betulan. Selain itu, saya senang mengutak atik bahan presentasi saya, coba-coba hal baru.

Saya melakukan pembukaan presentasi diatas sebenarnya dengan tujuan: to get audience attention. Dalam pelatihan presentasi yang saya pernah ikuti, fasilitator pelatihan, yang kemudian menjadi orang yang saya kagumi, adalah seorang dengan cara berfikir out of the box, rada gila, tapi gila yang terukur. Dia bilang begini: pembukaan yang kuat itu sangat menentukan, first touch itu berpengaruh besar. Dalam hati saya bilang "ini mirip bahasa iklan: kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda" (jika anda pernah menonton iklan ini, nampaknya kita se-zaman haha). 

Beberapa doktrin suhu presentasi dan fasilitasi saya itu adalah pertama: putting enthusiasm first. Tunjukkan diawal presentasi bahwa kau sangat antusias melakukan presentasi ini. Kedua, jangan takut melakukan sesuatu yang berbeda dalam pembukaan. Jika kau membuka presentasi dengan tidak semangat, dengan mengulangi default-default kata pembuka yang umum, maka kau tidak akan pernah jadi istimewa, karena audiens akan langsung berfikir "aiih sama saja ini dengan presenter sebelum" dan mungkin mereka lebih tertarik melirik medsos dibanding mengikuti presentasimu. 

Hal berikutnya, ini menurut saya sendiri, saya melakukan pembukaan seperti itu karena ingin mengirimkan pesan kepada audiens, bahwa saya tidak jauh dari mereka, i'm reachable, dan saya membuka diri untuk berinteraksi, berkomunikasi atau berteman dengan mereka (being friendly)

Berdasarkan pengalaman secuil dalam melakukan dan mengutak-atik teknik presentasi, saya kemudian teryakinkan bahwa presentasi itu adalah bentuk komunikasi dan prasyarat dasar agar terjadi sebuah komunikasi adalah adanya perhatian atau attention. Bayangkan jika komunikan tidak memperhatikan komunikator, maka yang terjadi adalah ada orang berbicara tapi tidak ada yang mendengar. Padahal  definisi sederhana komunikasi: pesan tersampaikan dengan maksimal, pesan yang dikirim diterima atau dimengerti sama seperti yang dipahami komunikator. Nah, jika tidak ada perhatian, maka komunikasi tidak terjadi. Jadi, perhatian (attention) itu penting sekali. Oleh karena itu, strategi mendapatkan perhatian komunikan (pendengar) adalah koentji, dan strategi jitu itu adalah: Menghibur. Perhatian orang muncul ketika mereka merasa terhibur. 

Kenapa saya memilih Dilan? siapa anak milenial di Indonesia tidak kenal sosok fenomenal yang pagolla-golla itu? Singkatnya, saya dapatkan perhatian mereka diawal dan sudah melakukan pembukaan yang "abnormal". 

Pembukaan dahsyat itu bagi saya adalah sebuah strategi yang menggunakan pemikiran bahwa jika kita menyentuh otak kanan orang diawal presentasi, maka mereka akan susah berpaling dari kita. Kenapa otak kanan yang perlu disentuh dahulu, bukan otak kiri? Karena otak kanan disentuh dan aktif lebih dulu maka itu serupa minyak pelumas bagi otak kiri yang tugasnya mirip-mirip sebuah mesin. Dan jika otak kiri sudah aktif dengan baik karena telah di'minyaki', akan memberikan getaran ke otak kanan untuk aktif dan kembali menjadi oli bagi otak kiri, dan begitu seterusnya. Jika seperti ini, maka presentasi anda akan membuat orang antusias sepanjang presentasi anda, presentasi menjadi hidup!. Jika anda bisa membuat sebuah penutup presentasi yang memukau maka congratulations, you're a great presenter. Presentasi anda akan dinantikan lagi. 

Teknik presentasi itu banyak sekali, kita semua punya prinsip dan teknik masing-masing. Anda mungkin pernah menjadi audiens dimana saya melakukan presentasi dalam sebuah fasilitasi, give me your feedbacks di ruang komentar dibawah, inshaa Allah saya dengan antusiasi berbagi pengalaman dan pengetahuan saya yang sedikit agar saya dan anda bisa terus belajar dan menjadi presenter yang baik, presenter yang tidak membuang-buang waktu dan tenaga berbicara didepan audiens namun tidak ada (tidak banyak) yang mendengar. Waduuuuh... jangan sampai! 


Comments

Popular posts from this blog

Sakralnya Gelar Professor dan Perlukah Desakralisasi?

TIDAK HARUS KE UNIVERSITAS

Merasakan Indonesia Timur di Belanda