Bawa Pulang Jenazah PDP atau Protokol Covid19. Mana yang benar?

Beda Orang Dalam Pemantauan dan Pasien Dalam Pengawasan Corona ...
Sumber gambar: tirto.id


Sampai tulisan ini dibuat, bisa kita bilang "only in Makassar" dimana ada jenazah PDP dibawa pulang oleh keluarga dengan beberapa argumentasi, satu diantaranya adalah bahwa jenazah meninggal bukan karena covid19 sehingga bisa dimakamkan secara "layak" oleh keluarga. Saya yakin ada argumentasi lainnya lagi. 


Diwaktu yang lain lagi, kita disuguhi cerita penggalan video yang memperlihatkan adegan dimana tenaga kesehatan seolah tidak berprikemanusiaan memperlakukan pasien pun juga keluarga pasien.


Dalam ngobrol santai dengan teman, menurut kami agak sulit untuk menyalahkan kedua pihak. Satu pihak ingin memakamkan keluarganya secara ‘layak’, meskipun itu harus dengan membawa lari jenazah PDP, di sisi lain pihak tenaga kesehatan harus mengamankan jenazah PDP karena berpotensi untuk menulari orang lain, jadi sebenarnya tenaga kesehatan ingin menjaga orang-orang yang masih hidup. Kita bisa saja menerka-menerka titik masalahnya dimana: informasi dan komunikasi. 


Saya kemudian teringat sebuah video kuliah dari Michael J. Sandel, seorang filsuf Ilmu Hukum dari Harvard University mencoba mengelaborasi hal ini pada sebuah kuliah umum. Video kuliah umumnya bisa dilihat disini atau juga disini. Sandel adalah seorang penulis buku yang mengelaborasi filsafat moral, buku tersebut berjudul “What’s the right thing to do?”.


Yang mana tindakan yang benar?

 

Sandel memulai dengan sebuah cerita tentang Dilema troli: sebuah troli berjalan di rel yang bercabang, jika troli diarahkan ke rel kiri maka troli itu akan menabrak dan membunuh 1 orang, jika troli diarahkan ke lajur rel kanan maka akan menabrak 5 orang. Anda adalah pemegang tuas yang menentukan arah troli tersebut. Yang mana anda pilih, kiri atau kanan? Mengorbankan 1 orang atau mengorbankan 5 orang? Secara moral pilihan mana yang benar?


Hampir semua aspek dalam kehidupan kita selalu dihadapkan pada masalah pilihan-pilihan, dihadapkan pada dilema, yang ada isu moral didalamnya; pilihan politik, debat free speech vs hate speech dst. Dalam kuliahnya, Sandel menjelaskan dua paradigma tentang moral. 


Pertama adalah: Consequentialist: bahwa moralitas berada pada konsekuensi pada sebuah tindakan. Jeremy Bentham adalah filsuf yang ditempatkan pada paradigma ini yang meyakini bahwa konsekuensi atau hasil dari tindakan kita yang menentukan apakah tindakan kita benar atau salah. Jika kita bisa menyelematkan lebih banyak nyawa dengan mengorbankan 1 nyawa, maka tindakan kita secara moral dapat dibenarkan.

 

Teori Moral dalam pemikiran consequensalist adalah Utilitarianism oleh Bentham yang secara sederhana idenya adalah “tindakan yang benar adalah memaksimalkan manfaat/faedah” (the right thing to do is maximizing utility). Faedah yang dimaksudkan adalah keseimbangan antara rasa sakit (pain) dan kebahagiaan (pleasure). Manusia menginginkan kebahagiaan dan membenci rasa sakit, oleh karena itu secara moral tindakan manusia menjadi benar jika hasilnya pencapaian kebahagiaan paling maksimal.


Kedua adalah paradigma Categorical: menempatkan moral pada aspek tugas dan hak. Emmanual Kant adalah filsuf pada kategori ini melihat bahwa nilai moral tidak hanya pada konsekuensi dari tindakan tetapi secara intrinsic/melekat pada karakter dan kualitas tindakan kita. Jadi, meskipun tindakan kita menghasilkan hal yang baik, tetapi tidak dapat membenarkan tindakan; mengorbankan 1 nyawa untuk menyelematkan 5 lainnya adalah salah karena mengorbankan nyawa, mengambil hak orang lain tetap tidak dapat dibenarkan.


Jika kita mau, berdasarkan penjelasan filsafat moral oleh Sandel diatas, maka mana tindakan yang benar dari masalah yang kita hadapi "only in Makassar" diatas?


Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menawarkan sebuah penilaian, tetapi ingin mengajak anda sebagai pembaca untuk berbagi pandangan secara sehat, dengan etis agar kita tenang dalam bertindak, tidak merusak, tidak membesarkan kebencian. Karena justru saat krisis seperti ini, kita perlu sabar merawat dan memupuk dan mengedepankan rasa kemanusiaan kita.


*Saya akan dengan sangat senang membaca pandangan anda pada kolom komentar dibawah, dan kita bisa berbagi pandangan secara sehat. Ditunggu yaah,,,

Comments

  1. terima kasih atas tulisannya, mencerahkan...

    ReplyDelete
  2. terima kasih atas tulisannya, mencerahkan

    ReplyDelete
  3. Suka dgn tulisan membuka wawasan

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih... semoga kita semua selalu sehat... aaamiiin

      Delete
  4. If you know that your final decision, will not “negatively impact” “you” or “anybody else”, then you are more likely to have a better outcome, regardless of the life situation.

    Always think before you act and always think before you speak.

    Always listen when others speak.

    Any act we plan to carry out in life, “ultimately” affects us and those around us, so it’s always important to consider not only “us”, but also “others” before we commit to doing specific things.

    When we’re single, we can pretty much do whatever we want, when we want (within reason of course), however, when we’re within a committed relationship and we have children, we must then consider them too.

    It’s no longer just about us.

    Many times, we must also consider our immediate/extended family and friends and sometimes everybody around us.

    Life and people can be very complex at times, so we must consider many different things at different times within our respective lives.

    So long as you do good by “you” and good by “others”, you really cannot go seriously wrong.

    Bad or poor decision making, may even lead to a negative “ripple effect” and may ultimately “adversely” affect “many people’s” lives.

    Remember also, respect, love, caring, kindness, honesty, integrity, loyalty, compassion, etc;, should always be at the centre of our hearts and minds, so that we are “able to maintain doing right” by us and by others.

    peace out v(^ ^)

    smada 97 forefer

    ReplyDelete
    Replies
    1. apa bahasa Indonesianya ini dih? nda bagus ki IELTS ku belah bro,,, hehehe,,, bahasa Indonesianya duleh,,,,

      Delete
  5. Analisa yg bagus sekali dari sebuah wacana yg sedang ramai di public, diliat dari berbagai sisi.
    Terus berkarya bro goge.
    Rgds,
    AB

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sakralnya Gelar Professor dan Perlukah Desakralisasi?

TIDAK HARUS KE UNIVERSITAS

Merasakan Indonesia Timur di Belanda